Minahasa Utara - Tommy Luntungan (46) dan Buang Lengkong (62) warga Kelurahan Rap-rap Kecamatan Airmadidi Minahasa Utara mendapat petunjuk bahkan prnampakan dari alam lain tentang adanya sebuah Waruga Kubur/makam tertua para leluhur Suku Minahasa (Tonsea/Minut), yang terlantar.
"Orangtua ada kase mimpi pa kita, makanya kita berkordinasi deng Om Buang, sehingga Om Buang melapor ke Lurah Rap-rap meminta ijin memperbaiki keberadaan Waruga itu," jelas Tommy Luntungan, Sabtu (4/7/20).
Keduanya-pun sepakat berbagi tugas yaitu Tommy Luntungan mencari Waruga yang dimaksud, sementara Buang Lengkong menghubungi Bripka Glann Lengkong dan aparat kelurahan Rap-rap, serta Tonaas Andre Lengkong dan Rinto Taroreh untuk mengambil tindakan penyelamatan terhadap makam leluhur yang diyakini memiliki kesaktian dan banyak nilai positif itu.
"Usai mereka mendalami status dan pemilik Waruga lewat meditasi, kami langsung berkordinasi dengan Lurah, Babin Kamtibmas dan Babinsa, agar waruga ini akan diangkat dari lubang galiannya, diperbaiki, kemudian diletakan ditempat semula, atau sedikit kesamping, " beber Tommy, Minggu (5/7/20).
Sesuai hasil meditasinya, Tonaas Rinto Taroreh mengisahkan bahwa pemilik Waruga adalah salah satu petinggi di jaman itu.
"Waruga ini harus dikeluarkan dari timbunan tanah sedalam satu (1) meter, ditata serpihannya, dan didirikan lagi seauai petunjuk leluhur melalui para Tonaas," jelas Taroreh.
Dikawal Bripka Glann Lengkong Anggota Polsek Airmadidi dan Brigadir Ricoh Lengkong Anggota Polres Bitung, usai melakukan ibadah sesuai adat, tim relawan pencinta budaya besutan Tonaas Rinto dan Andre, penggalian Waruga pun dilakukan.
Dari hasil analisa tim penggalian, hampir dapat dipastikan kalau Waruga tersebut tidak sendiri. "Ada beberapa. Tapi yang satu ini agak didepan, besar kemungkinan Beliau adalah Petinggi (Walak) di kelompok mereka," ujar Andre Lengkong.
Setelah usai ritual penggalian, semua bagian dari Waruga itu dikumpulkan ditepian lubang.
Adapun bagian sampai serpihan isi Waruga yang terkumpul itu, masing-masing;
Satu unit penutup Waruga (kubah) sepanjang sekira 1,5 meter, serpihan dan penggalan-penggalan kubah dan pecahan tubuh Waruga para penggali.
"Karena hari sudah gelap, kota sambung besok," jelas Tonaas Rinto Taroreh diamini Tonaas Andre Lengkong.
Ditempat terpisah, Lurah Rap-rap Wisje Wawoh membenarkan adanya temuan Waruga itu.
"Berdasarkan pantauan, analisa dan kesepakatan bersama, maka kami simpulkan bahwa Waruga itu memang artefak peninggalan leluhur yang sudah tertimbun oleh proses alam. Untuk itu semua sepakat agar peninggalan leluhur yang tak ternilai itu akan di angkat, ditata sebaik mungkin," jelas Wawoh..... bersambung.... (Baker)
"Orangtua ada kase mimpi pa kita, makanya kita berkordinasi deng Om Buang, sehingga Om Buang melapor ke Lurah Rap-rap meminta ijin memperbaiki keberadaan Waruga itu," jelas Tommy Luntungan, Sabtu (4/7/20).
Keduanya-pun sepakat berbagi tugas yaitu Tommy Luntungan mencari Waruga yang dimaksud, sementara Buang Lengkong menghubungi Bripka Glann Lengkong dan aparat kelurahan Rap-rap, serta Tonaas Andre Lengkong dan Rinto Taroreh untuk mengambil tindakan penyelamatan terhadap makam leluhur yang diyakini memiliki kesaktian dan banyak nilai positif itu.
"Usai mereka mendalami status dan pemilik Waruga lewat meditasi, kami langsung berkordinasi dengan Lurah, Babin Kamtibmas dan Babinsa, agar waruga ini akan diangkat dari lubang galiannya, diperbaiki, kemudian diletakan ditempat semula, atau sedikit kesamping, " beber Tommy, Minggu (5/7/20).
Sesuai hasil meditasinya, Tonaas Rinto Taroreh mengisahkan bahwa pemilik Waruga adalah salah satu petinggi di jaman itu.
"Waruga ini harus dikeluarkan dari timbunan tanah sedalam satu (1) meter, ditata serpihannya, dan didirikan lagi seauai petunjuk leluhur melalui para Tonaas," jelas Taroreh.
Dikawal Bripka Glann Lengkong Anggota Polsek Airmadidi dan Brigadir Ricoh Lengkong Anggota Polres Bitung, usai melakukan ibadah sesuai adat, tim relawan pencinta budaya besutan Tonaas Rinto dan Andre, penggalian Waruga pun dilakukan.
Dari hasil analisa tim penggalian, hampir dapat dipastikan kalau Waruga tersebut tidak sendiri. "Ada beberapa. Tapi yang satu ini agak didepan, besar kemungkinan Beliau adalah Petinggi (Walak) di kelompok mereka," ujar Andre Lengkong.
Setelah usai ritual penggalian, semua bagian dari Waruga itu dikumpulkan ditepian lubang.
Adapun bagian sampai serpihan isi Waruga yang terkumpul itu, masing-masing;
Satu unit penutup Waruga (kubah) sepanjang sekira 1,5 meter, serpihan dan penggalan-penggalan kubah dan pecahan tubuh Waruga para penggali.
"Karena hari sudah gelap, kota sambung besok," jelas Tonaas Rinto Taroreh diamini Tonaas Andre Lengkong.
Ditempat terpisah, Lurah Rap-rap Wisje Wawoh membenarkan adanya temuan Waruga itu.
"Berdasarkan pantauan, analisa dan kesepakatan bersama, maka kami simpulkan bahwa Waruga itu memang artefak peninggalan leluhur yang sudah tertimbun oleh proses alam. Untuk itu semua sepakat agar peninggalan leluhur yang tak ternilai itu akan di angkat, ditata sebaik mungkin," jelas Wawoh..... bersambung.... (Baker)