HJT dan MJP foto bersama Gibran Rakabuming Raka
Minahasa Utara, Bìtung, Komentar.co - Sejak jaman Penjajahan berakhir, Bangsa Indonesia merdeka, negara telah mengumandangkan semboyan Bhineka Tunggal Ika (Berbeda-beda Tapi Tetap Satu) dalam Pancasila.
Pancasila juga sudah memagari 5 Sila untuk menata ruang gerak bangsa kita supaya kita hidup berdampingan antara satu sama lain, tanpa membeda-bedakan suku, ras, apalagi agama.
"Maŕi kita pertahankan semua itu, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Alangkah indahnya hidup dalam persaudaraan," ujar Hillary Julia Tuwo SE, Calon Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara daerah pemilihan (Dapil Minahasa Utara-Bitung) dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Caleg berparas cantik lulusan Fakultas Ekonomi Unìversitas Ratulangie ini juga berharap, masyarakat yang majemuk hidup berdampingan di Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara, merupakan sebuah keluarga besar yang tergabung dari berbagai individu berbeda, namun semua hidup rukun dan damai.
"Semenjak para pendahulu kami, kehidupan bermasyarakat di Minut dan Bitung, sudah terjalin erat tanpa ada gesekan sekecil apapun. Baik dia Kristen, Islam, Budha, Hindu, Katolik, Kong Hu Cu, semua agama yang sudah dirangkum UUD 45, adalah sah sebab agama itu mengajarkan kebenaran dan kebaikan," beber wanita berdarah Bitung-Minut ini.
Bersama seniornya incumbant Partai PSI Sulut Melky Jakhyn Pangemanan (MJP), Hillary Julia Tuwo (HJT), menolak Politik Identitas (paham politik yang membeda-bedakan suku, ras, dan agama.
"Politik itu dimata saya, adalah seni yang indah, apalagi saat kita lakukan dengan hati dan jiwa yang tulus untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat. Mari kita semua tolak, dan haramkan Politik Identitas itu sesuai Bhineka Tunggal Ika. Ingat semboyan Torang Samua Basudara," tegas calon politisi belia ini usai mendengar aspirasi Kerukunan Ibu-ibu Mualaf Aya Sofia Kota Bitung.
(Baker)