Di Indonesia, spesies ini menjadi bagian dari habitat yang ada di dalam hutan mangrove yang merupakan formasi dari tumbuhan yang spesifik (mangrove) yang umumnya tumbuh serta berkembang pada kawasan pesisir, sehingga tak sulit melakukan pengembangan dan pembudidayaannya.
Salah satunya dengan metode pembudidayaan yang alami. Jika ditekuni, sudah dapat dipastikan budidaya salah satu spesies yang mempunyai ukuran paling besar dalam genus Scylla ini dapat mendongkrak perekenomian masyarakat pesisir.
Adalah Kampung Talengen, Lindongan Tiga, Kecamatan Tabukan Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe yang sangat didukung dengan kondisi geografis menjadi satu dari sekian tempat yang sangat startegis untuk budidaya Kepiting Bakau.
Kepada wartawan Komentar.co, salah satu warga Kampung Talengen, Yunius Ricardo Mausauda mengatakan, Kampung Talengan Lindongan III dengan daerah bakau (mangrove) yang luas menjadi tempat startegis untuk budi daya kepiting bakau.
Namun sangat disayangkan, lanjut Mausauda, potensi alam yang dimiliki ini tidak tersentuh dengan program dari pemerintah sehingga keinginan warga Kampung Telengen belum bisa terwujud.
"Tentu saja melalui dinas terkait. Ya, kiranya dapat melihat lokasi khusus berada Lilingdongan III karena area lokasinya sangat baik dijadikan tempat budidaya kepiting bakau," ucap sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Kampung Telengen ini ketika ditanya soal peluang pembudidayaan Kepiting Bakau belum lama ini.
Menurutnya, warga sangat berharap pemerintah dapat membatu program budidaya Kepinting Bakau di Kampung Telengan.
"Sekali lagi program ini sagat efisien, dan lahan ini berada di Kampung Talegen Kecamatan Tabukan Tengah. Sangat disayangkan tempat startegis seperti ini tidak dimanfaatkan," kunci Mausauda. (Yan)