MINUT, Komentar.co - Budaya 'Mapalus' (kerjasama alias gotong-royong) merupakan salah satu kearifan lokal peninggalan para leluhur Tanah Tonsea, yang kini disebut Kabupaten Minahasa Utara.
Selain mempermudah sebuah pekerjaan, Budaya Mapalus juga dapat memperkecil biaya, jika pekerjaan tersebut akan butuh pembayaran.
Budaya Mapalus di Tanah Tonsea ini ternyata masih ada dan sulit dihilangkan. Seperti yang dilakukan Pemerintah Desa (Pemdes) dan masyarakat Wanua (Desa) Tontalete Kecamatan Kema Minut.
"Atas nama pemerintah Wanua Tontalete mengucapkan banyak terima kasih kepada masyarakat yang sudah membantu baik dalam menyumbangkan material dan tenaga dalam pembuatan tanggul yang longsor di wilayah Jaga 5 dan Jaga 6," ucap Plt Hukumtua Tontalete Stenly R Sagay S.Sos melalui Sekdes Ningsih Djapara, Senin (21/06/21).Dikatakan Ningsih, selain masyarakat setempat, turut mempimpin juga para Kepala Jaga (Pala) dari wilayah terkait. Sementara para IRT membantu menyajikan aneka makanan dan minuman, baik makanan ringan maupun makanan pokok.
"Budaya Mapalus ini sudah eksis di Wanua Tontalete secara turun-temurun semenjak para pendahulu berdomisili disini. Kali ini dalam pekerjaan perbaikan drainase, warga dipimpin oleh Kepala Jaga (Pala) Jaga 5 Nursida Palalu dan Pala Jaga 6 Abubakar Akuba," urai Sekdes Tontalete ini.
Karena dikerjakan secara Mapalus, pekerjaan perbaikan yang dilakukan sejak pukul 08.00 wita (pagi), baru pukul 15.00 wita (sore), perbaikan tanggul sudah rampung.
"Sekitar pukul 12.00 wita semua beristirahat makan bersama, dan dilanjutkan sekitar pukul 13.00 wita (jam 1 siang). Kendati disini banyak etnis, namun kami bangga karena masyarakat Wanua Tontalete sangat kompak dalam Mapalus," pungkas Nongsih Djapara Sekdes Tontalete. (Baker)