TAHUNA, Komentar.co - Krisis obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Rumah Sakit Daerah Liun Kendage (RSDLK) Tahuna yang terjadi belakangan ini dinilai sangat merugikan masyarakat.
Respon cepat managemen RSDLK Tahuna dalam mengatasi masalah tersebut pun dilakukan oleh 48 tenaga kesehatan (nakes) dengan berinisiatif, patungan mengumpulkan dana (Open Donasi).
Alhasil, aksi spontan para nakes menjawab kondisi RSDLK Tahuna pun viral di Media Sosial (Medsos).
Direktur RSDLK Tahuna, dr Aprikonus Loris tak menampik terkait krisis obat dan BMHP serta aksi peduli pengumpulan dana dari para tenaga kesehatan.
"Aksi ini adalah respon cepat dan kepedulian sosial teman-teman sejawat, baik dokter spesialis, dokter umum, perawat hingga administrasi. Ini digunakan untuk beberapa item obat yang kurang di RSDLK Tahuna," ujar dr Loris kepada sejumlah wartawan, Kamis (04/12/2025).
"Kami sudah melakukan pengadaan, estimasi obat dan BMHP tiba pekan depan," lanjutnya.
Lanjut dijelaskan, bahwa keterbatasan anggran sehingga tida bisa melakukan pengadaan langsung untuk obat an BMHP, sementara penerimaan RSDLK Tahuna bersumber dari jasa layanan umum dan pasien BPJS.
"Terbesar jasa layanan BPJS. Sebesar 98% adalah jasa layanan BPJS sebagai bentuk pendapatan. Proses pembayaran tagihan atas layanan BPJS ini memerlukan Waktu kurang lebih 30 hari harus menunggu. Misalnya, pembayaran bulan September berproses hingga diakhir Oktober atau awal November," urainya.
"Itu pun dibayar tidak 100% dari jumlah tagihan, jika ada beberapa masalah yang harus diklarifikasi maka dilakukan pending bayar," sambungnya.
Ia pun kembali menegaskan bahwa aksi spontanitas yang dilakukan para Nakes dengan mengumpulkan uang (open donasi) mendapat respon sangat baik.
"Ini adalah spontanitas dan kepedulian sosial dan tidak ada pemaksaan. Nilainya bervariasi dan akan dibelanjakan obat untuk diserahkan kerumah sakit. Jadi dalam bentuk barang," pungkasnya.(Yansa)

